SaungNews.co Jakarta | Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan penerapan PPKM yang terus dilakukan pemerintah masih berada pada kondisi yang cukup baik. Kasus konfirmasi Indonesia dan Jawa Bali masing-masing telah turun hingga 98,9 persen dari kasus puncaknya pada 15 Juli lalu.
Namun, dirinya menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas hari ini untuk terus waspada dan berhati-hati akan potensi datangnya gelombang berikutnya.
“Hal tersebut berkaitan dengan adanya peningkatan kasus di 105 Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia meskipun hal tersebut masih terkontrol dengan baik,” kata Menko Luhut dalam konferensi Pers virtual, Senin (25-10-2021).
Penurunan level di beberapa kabupaten dan kota di wilayah Jawa dan Bali memberikan dampak terhadap kenaikan indeks komposit mobilitas diatas baseline (ambang batas).
“Terkait hal ini Presiden juga mengingatkan bahwa mulai banyak kelemahan pengawasan di lapangan dan harus segera kembali dijaga dan dipertegas pengawasannya. Karena kunci dari penyesuaian atau pelonggaran PPKM ialah manajemen pengawasan lapangan,” katanya.
Terkait penyesuaian level yang terus dilakukan, Menko Luhut membeberkan terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pengelola tempat wisata dan restoran di dalam implementasi penggunaan Peduli Lindungi.
“Kami melakukan identifikasi di lapangan dan ditemukan hanya 1 orang atau perwakilan dari kelompok yang diharuskan untuk melakukan scanning QR CODE agar kapasitas tempat wisata tidak cepat penuh,” ujar Menko Luhut.
Selain itu, di beberapa Bar dan klub malam juga masih ada yang beroperasi tanpa memperhatikan protokol kesehatan, tidak memperbolehkan pengunjung untuk mengambil gambar dan video untuk meminimalisir kemungkinan terekspos media.
Melihat hal tersebut, Menko Luhut kembali mengingatkan agar Indonesia tidak boleh lengah meskipun kasusnya sudah rendah, karena banyak negara lain, terutama di negara Eropa, yang mengalami kenaikan kasus signifikan meskipun vaksinasi cukup tinggi. Di negara-negara tersebut, relaksasi kegiatan sosial dilakukan dengan cepat dan protokol kesehatan dilupakan.
“Belajar kepada pengalaman kenaikan kasus di negara lain, Indonesia tidak boleh mengendorkan langkah-langkah penguatan 3T, 3M, dan disiplin penggunaan peduli lindungi. Kejenuhan yang terlihat saat ini dalam penerapan protokol kesehatan, harus dapat dihilangkan dengan adanya pengawasan dan _enforcement_ yang lebih kuat terhadap Peduli Lindungi di berbagai sektor terutama seiring disiplin masyarakat yang semakin berkurang terhadap pandemi Covid-19,” jelas Menko Luhut.
*Antispasi Libur Natal dan Tahun Baru*
Menurut Menko Luhut, peningkatan mobilitas diperkirakan akan terjadi pada masa Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Berdasarkan hasil survey Balitbang Kemenhub, untuk wilayah Jawa Bali yang diperkirakan akan melakukan perjalanan sekitar 19,9 Juta jiwa, sedangkan Jabodetabek 4,45 Juta jiwa.
Peningkatan pergerakan penduduk ini, jika tanpa pengaturan protokol kesehatan yang ketat akan meningkatkan resiko penyebaran kasus. “Mengenai hal ini, Presiden juga memberikan arahan tegas kepada kami semua untuk segera mengambil langkah terkait keputusan dan kebijakan mengenai hal ini dan merancang agar tidak ada peningkatan kasus akibat liburan nataru,” jelasnya.
Menko Luhut mengatakan, terkait dengan kewajiban penggunaan PCR yang dilakukan pada transportasi pesawat, tujuan utamanya yaitu untuk menyeimbangkan relaksasi yang dilakukan pada aktivitas masyarakat, terutama pada sektor pariwisata.
“Meskipun kasus kita saat ini sudah rendah, belajar dari pengalaman negara lain kita tetap harus memperkuat 3T dan 3M supaya kasus tidak kembali meningkat, terutama menghadapi periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Oleh karena itu, secara bertahap penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Nataru.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk menekan lonjakan kasus pada libur natal dan tahun baru, Pemerintah sudah melakukan berbagai langkah. Pertama, terus memonitor perkembangan varian baru virus penyebab Covid-19 yang berpotensi mengkhawatirkan.
“Kami sudah lihat, di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan, yaitu AY.4.2 tetapi belum masuk di Indonesia dan kami monitor perkembangannya seperti apa,” kata Menteri Budi.
Menteri Budi juga mengatakan, kendati masih berada dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah terus mengawasi peningkatan kasus Covid-19 pada 105 kabupaten dan kota di Indonesia selama dua pekan terakhir.
“Tapi kita mencoba mengantisipasi secara lebih dini agar jangan sampai euphoria yang berlebihan membuat kita jadi lengah, tidak waspada, dan kenaikan di 105 kabupaten kota ini kemudian menjadi tidak terkontrol, karena kenaikan jadi sangat tinggi”, katanya.
Untuk itu, dari sisi _surveillance_, Pemerintah akan memastikan semua kontak erat harus mendapat testing. “Selain kasus konfirmasi, seluruh kontak erat harus dilakukan testing-nya. Jadi protokol 3T (tracing, testing, treatment)-nya harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, pemerintah juga memastikan percepatan program vaksinasi, khususnya terhadap para lansia, ” pungkas Menteri Budi.(rel)