Beranda OKI Bersekolah Dan Pengalaman Bersosialisasi Anak Dimasa Pandemi

Bersekolah Dan Pengalaman Bersosialisasi Anak Dimasa Pandemi

293
0

SaungNews.co OKI | Tahun ini jelang tahun kedua bersekolah di masa pandemi COVID-19. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari waktu, pola belajar, kemampuan sosal ekonomi dalam hal mengupayakan media internet, alat komunikasi, bahkan pada komunikasi siswa dan guru/pembimbingnya. Namun, ada hal yang tak bisa berubah, yaitu bersekolah di masa pandemi dan tetap menjadikan sekolah adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman bersosialisasi bagi anak.

Prodi Ilmu komunikasi Universitas Sumatera Selatan Terakreditasi Baik (B)Garap Seminar Internasional USS Gandeng Malaysia dan Belanda Akreditasi Ilmu Komunikasi USS, BANPT Dorong Percepat Studio-studio dan USS TV Streaming

Hal yang dapat kita sikapi dari masa pandemi ini adalah bersekolah dan bersosialisasi tetaplah harus dilaksanakan meski dengan banyak penyesuaian.

Tentu ada arahan yang arif dan bijaksana karena bersekolah dan bersosialisasi tentu tak bisa dihentikan meski ada tatanan baru, yaitu protokol kesehatan 3 M: menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker. Oleh karena itu, saat bersekolah disertai penyesuaian, masa anak-anak bersosialisasi pun tak semestinya hilang. Bukankah bersosialisasi adalah fitrah manusia? Disebut fitrah karena pada dasarnya bersosialisasi merupakan sifat dasar yang dibangun untuk saling mengenal terutama dari anak-anak yang masih belia. Ciri-ciri yang ditimbulkan secara reflek ketika saling mengenal inilah menunjukkan kita sangat tidak mungkin tidak saling tahu satu dengan yang lain.
Lihatlah anak-anak saat dibawa ke sebuah pertemuan dan ada anak-anak lain di sana. Meski baru pertama kali bertemu, mereka akan saling berinteraksi secara perlahan. Tentu saja bahasa sosialisasi mereka khas anak-anak. Bisa dengan berbagi makanan, berlarian, atau sekadar duduk atau bermain bersama. Percakapan biasanya akan bergulir setelah beberapa lama, tergantung karakter anak.
Terlepas dari semua itu, sosialisasi juga ternyata berdampak pada perkembangan anak-anak kita. Pengaruh yang paling terlihat adalah bahasa dan sikap. Saat anak-anak bergaul dengan teman-teman yang biasa berkata baik, bahasa mereka biasanya terbentuk menjadi baik. Namun bersiaplah saat anak-anak bergaul dengan teman yang biasa berkata kotor dan kasar, mereka pun berpotensi untuk terbiasa berkata-kata yang sama.

Akan tetapi, saat ini anak-anak di masa pandemi COVID-19, kesempatan bersosialisasi ini sementara tertunda oleh ruang dan waktu. Satu sisi anak-anak yang baru bersekolah dan yang sedang menjalankan tugasnya, namun kebijakan di masa pandemi adalah hal lain yang menjadi perhatian orangtuanya guru untuk tetap memberikan kesempatan anak untuk mengenal lingkungannya yang baru tanpa kehilangan lingkungan yang lama.
Dalam pengertian lingkungan lama ini adalah saat masa pandemi belum hadir. Anak-anak masih merasakan kebebasan bersekolah dan bersosialisasi tanpa takut penularan massif.

Meski demikian, ada hal bijak yang perlu disikapi, bahwa saat pandemi anak-anak diberikan kesempatan untuk memahami bersekolah dengan pola baru, melibatkan alat komunikasi, hubungan emosional guru siswa dan orang tua, sinergi dengan guru melalui teknologi smartphone mesti tak harus mahal dan musti sering.

Begitupula dengan pola sikap dan perilaku antara anak, orang tua dan guru, bahkan mungkin dengan pembiasaan mengenal petugas penyuluh protokol kesehatan. Bersosialisasi dengan pandemi COVID-19 serta perilaku dengan protokol kesehatan mengubah ruang dan waktu anak-anak untuk peduli dengan dirinya sendiri, keluarga dan teman temannya.

Lalu siapakah yang bagian penting dari peran bersosialisasi anak agar tidak hilang atau terlupa, tentu keluarga inti yang ada di sekitarnya, kerabat dan kelompok-kelompok masa pandemi yang menunjukkan kohesivitas tinggi. Grup pertemanan orang tua maupun sekolah, bahkan media sosial. Kelompok-kelompok ini menjadi bagian penting membantu anak-anak tetap memiliki jati diri, budi pekerti dan belajar kreativitas.

Selain itu, pertemanan perorangan yang di bangun melalui hubungan dengan saudara di rumah, kakak, adik, bahkan beberapa teman sebagai tempat untuk berbagi cerita. Namun, hal itu tetap menjadi tugas orang tua atau orang-orang penting di sekitar anak-anak. Bentuk kepedulian, pengawasan dan rasa sayang kepada anak-anak akan terus terpupuk karena waktu bersama ini lebih banyak untuk berkomunikasi.

Hal penting lainnya adalah bagaimana masa bersekolah dan bersosialisasi di masa pandemi ini tetap terikat oleh aturan-aturan sosial, walaupun sederhana. Sebagai contoh, bagaimana anak-anak diberikan kesempatan untuk belajar mengetahui apa itu protokol kesehatan. Bagaimana anak-anak diberikan pemahaman untuk tidak keluar rumah, tentu menerapkannya melalui peniruan dari orangtuanya dengan alasan yang seusai penerimaan anak-anak.

Tentu saja, membimbing anak-anak untuk memilah dan memilih apa yang patut dan tidak patut ditonton, dilihat dan didengar melalui media massa maupun media sosial.
Sungguh hal yang logis, jika salah satu kunci sukses hidup bermasyarakat adalah kemampuan untuk bersosialisasi. Artinya, jika kita ingin anak kita terampil bersosialisasi, maka pembelajaran sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Dalam istilah lain, dengan bersosialisasi, banyak hal yang bisa anak-anak pelajari, seperti sikap saling berbagi, toleransi, empati, dan sebagainya. Seperti harapan para ibu dan orangtuanya, anak-anak yang mampu bersosialisasi diharapkan akan tumbuh menjadi anak-anak yang merasa aman dan tenteram bila berada di tengah-tengah lingkungannya.

Mengingat hal ini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, seyogyanya pihak sekolah, guru dan orang tua membangun sinergi untuk tetap menjaga semangat anak bersekolah. Selain itu, usia anak yang masih dini sangat diperlukan peran orang tua dalam mendorong dan mengajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya meski dengan menerapkan kebiasaan baru. Pengalaman anak bergaul dengan berbagai macam lingkungan termasuk dengan protokol kesehatan juga dapat memperkaya wawasan anak bersosialisasi.(SMSI OKI/DN)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini