Saungnews.co Banyuasin | Desa Pelajau Ulu secara geografis berjarak lebih kurang delapan Kilometer dari pusat Perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin. Mayoritas penduduk Desa Pelajau menggantungkan hidup dari hasil usaha dagang dan perkebunan.
Seperti dimasa pandemi Covid-19 saat ini, penghasilan dari usaha berdagang dan perkebunan mengalami penurunan. Untuk itu, agar mendapatkan penghasilan tambahan Pemerintah Desa bersama masyarakat membuat usaha inovatif melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Bersama membudidayakan Tanaman Ganyong (Umbi Laos.red).
Ketua Kelompok Wanita Tani Maju Bersama, Risma Wati mengatakan, Ubi Laos yang disebut ganyong dahulunya menjadi tanaman hias diperkarangan rumah. Tetapi pada masa itu, untuk dikelolah menjadi bahan dasar makanan ilmu pengetahuan masyarakat masih minim.
“Tanaman ganyong ini telah ada dari zaman dahulu, banyak ditemukan di setiap perkarangan rumah menjadi tanaman hias, hanya sebagian masyarakat yang tau mengkonsumsi umbi ganyong dengan cara direbus, melalui pengetahuan yang kami ikuti dari pelatihan ganyong bisa dikelolah sebagai bahan dasar tepung untuk menjadi makanan,” Jelas Risma kepada wartawan media ini. Selasa (27/7/2021).
Ditambahkannya, Lebih dari satu tahun ini Covid-19 melanda negeri membuat perekonomian masyarakat semakin terpuruk, setelah diketahui ganyong bisa menjadi bahan dasar makanan, ini salah satu ide baru untuk meningkatkan penghasilan ibu-ibu rumah tangga mengelolah tanaman Umbi Ganyong yang dapat diolah menjadi tepung sebagai olahan bahan makanan.
“Pengaruh dari Covid-19 semua penghasilan mengalami kemerosotan, baik dari hasil berdagang maupun perkebunan. Upaya dari ganyong ini dapat membantu meringankan kebutuhan rumah tangga sebab tepung olahan ganyong bisa di gunakan untuk membuat bahan makanan seperti bubur, kue basah, kue kering dan lain-lain,” Ujarnya.
Menurut Risma, Umbi Ganyong yang beratnya 5 Kilogram bisa mendapatkan tepung kering dengan berat 2,5 Kilogram. Untuk tepung kering satu kilogramnya dijual dengan harga Rp 50 ribu rupiah dan telah dipasarkan ke masyarakat, bahkan tepung ganyong pernah mengikuti kontes pameran baik di Kabupaten Banyuasin maupun Provinsi Sumatera Selatan sempat meraih peringkat ke-3 Tingkat Provinsi Sumsel.
“Hasil pengolahan tepung ganyong telah dipasarkan didaerah kabupaten banyuasin dan pernah ikut serta lomba inovasi pengolahan pangan lokal mendapat juara tiga tingkat Provinsi. Untuk pengolahan ubi laos menjadi tapung ganyong sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Banyuasin dan BPOM, tentu kesehatannya telah terjamin karena tidak memakai bahan berbahaya,” ungkapnya.
Kepala Desa Pelajau Ulu, Rozi mengatakan adanya usaha mengelolah tepung ganyong yang dilakukan KWT Maju bersama dibawah naungan badan usaha milik desa ini dapat meringankan beban masyarakat untuk tetap bertahan hidup.
“Dengan mengikuti pelatihan, ibu-ibu yang tergabung di KWT maju bersama memiliki kemampuan mengelolah umbi ganyong menjadi tepung yang dapat menghasilkan uang,” diakui Rozi.
Dikatakannya, ganyong yang saat ini menjadi penghasilan utama masih terkendala dengan lokasi lahan, sebab untuk menanam umbi ganyong membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga memerlukan lahan yang luas.
“Usaha ini sudah dibantu ketua TP-PKK namun tahap penanaman membutuhkan waktu 11 bulan sehingga sangat diperlukan lahan luas sebagai penunjang agar produksi tepung dan tanaman seimbang,” ungkapnya.
Pemerintah Desa sangat mengharapkan ada solusi dari Pemerintah Kabupaten Banyuasin, agar produksi tanaman ganyong dapat terus dilestarikan dan menjadi motivasi bagi daerah lain untuk membudidayakan tanaman ganyong.(Desi)