SaungNews.co BATAM | Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Toha Tusihadi, mengatakan bahwa pihaknya diberi tanggungjawab untuk menjamin ketersediaan suplai benih kakap putih, diseminasi dan pendampingan teknologi budidaya.
Langkah awal yang akan dilakukan, menurut Toha yakni memberikan dukungan benih, dan membangun pola segmentasi penyiapan benih. BPBL Batam juga mendukung upaya merevitalisasi UPTD Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Selat Panjang yang dilakukan oleh Pemkab Kepulauan Meranti dengan melakukan pendampingan pelaksanaan rehabilitasi sarana dan prasarana serta pendampingan teknologi produksi benih.
“Sebagai Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perikanan Budidaya, BPBL Batam berkomitmen untuk merealisasikan Nota kesepakatan yang telah dibangun oleh ketiga pihak. Penyediaan benih untuk mendukung pengembangan kawasan siap kami penuhi. Tim BPBL Batam telah menyiapkan tenaga pendamping, sehingga BBIP Selat Panjang mampu memproduksi benih secara mandiri”, tegas Toha pada Senin (10/2/2020).
Dalam penjelasannya, Toha menyampaikan bahwa pengembangan pusat kawasan budidaya laut di Kepulauan Meranti akan didorong melalui pola segmentasi usaha. Pola ini dibangun dengan harapan
bahwa kedepannya akan terbentuk suatu kawasan budidaya laut yang mandiri.
Segmen pertama adalah produksi benih 0,8 cm. Pada segmen ini, saat ini benih 0,8 cm masih mengandalkan produksi dari BPBL Batam. Mulai tahun 2020 ini, BPBL Batam akan mendampingi BBIP sehingga nantinya untuk kebutuhsn benih mampu dipenuhi dari balai ini.
Segman kedua, produksi pendederan di Tambak oleh koperasi/Pokdakan produsen benih. Tugas dari Pokdakan ini adalah memproduksi benih ukuran 8 cm (siap tebar di KJA) dari benih ukuran 0,8 cm.
“Pada segmen ini telah dilakukan penebaran perdana sebanyak 100.000 ekor dengan targetkan produksi benih ukuran 8 cm minimal 40.000 ekor. Kami menargetkan dalam tahun 2020 ini ada 3 siklus penebaran. Nantinya dari pembesaran KJA dapat mencapai paling tidak 20 ton dan tenaga kerja yang terlibat diperkirakan minimal 50 orang “, imbuh Toha.
Segmen ketiga, usaha pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA). Hasil produksi dari tiga siklus penebaran ini diproyeksikan mampu menghasilkan ikan konsumsi sebesar 40 ton sampai 60 ton.
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau, Herman, menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi berkomitmen untuk mewujudkan Meranti sebagai pusat kawasan budidaya kakap putih nasional. Menurutnya, tahun ini Pemprov akan mengalokasikan anggaran sekitar Rp. 1 milyar untuk mendukung program ini.
“Harapan nanti melalui pengembangan kawasan budidaya kakap putih ini akan ada multiplier effect baik bagi ekonomi lokal, daerah dan nasional”, ungkap Herman.(Red).